Selasa, 23 Desember 2008

LEGENDA PESUT MAHAKAM

       Mahakam merupakan suatu sungai di Samarinda yang sangat terkenal. Sungai ini masuk dalam beberapa sungai terlebar di Indonesia. Masyarakat Samarinda sendiri bersyukur atas adanya anugerah dari sang pencipta ini, dapat membuat aset yang berharga di mata mereka. Beberapa hasil dari populasi alam ini dapat mereka ambil dan menjadi ciri khas kota tersebut.

       Seperti pada legenda-legenda yang lain, legenda pesut mahakam ini dikemas dalam cerita yang sederhana, mudah dipahami oleh masyarakat dan disertai grafik dinamika yang teratur serta alur yang searah. Tetapi yang unik dari legenda ini adalah terletak pada penokohannya, misalnya sifat dari tokoh utama dan tokoh ibu tiri yang menggantikan ibu kedua anak yang meninggal. Sang anak lelaki memiliki sifat yang dinamis, suka tantangan dan selalu bekerja keras, ini dapat kita lihat sewaktu ibu tiri menyuruh mencari kayu si anak cowok tetap mengerjakannya walaupun perasaan lapar sudah membunuh perutnya. Kelemahan tokoh anak lelaki ini ialah keegoisannya yang besar ketika melihat bubur yang banyak setelah mereka berpuasa selama 2 hari.

       Tak luput dari penelitian kita bahwa anak perempuan keluarga ini memiliki semangat yan tinggi meskipun pekerjaan yang akan dilakukannya itu mukrimnya bagi cowok, cewek ini tetap tidak mau tinggal diam. Ia mempunyai sikap sayang terhadap kakaknya, sehingga ia tetap menemani kakaknya untuk mencari kayu yang telah dipesan ibu tirinya. Melihat cewek ini kita jadi teringat perjuangan ibu Kartini dalam memperjuangkan hak wanita. Beliau semangat dalam menaikkan derajat wanita hingga berkedudukan sama seperti pria.

        Tokoh ayah disini digambarkan diawal dengan sifat orang gila yang pribadinya sudah hancur. Sepeninggal istri tercintanya keluarga si ayah ini menjadi tak terurus. Seperti yang kita tahu ayah merupakan kepala keluarga yang berkewajiban untuk mengurus keluarganya, tapi yang dilakukan ayah ini hanya terdiam, meratapi nasib yang menimpa dia. Perhatian yang lebih kepada anak-anak tidak diberikan, pantaskah seorang bapak menelantarkan anaknya? Tentu sebuah kondisi yang tragis. Setelah menemukan pendamping hidup lagi, sifatnya tetap tidak berubah. Semakin kasar papi ini menelantarkan anak-anaknya karena hasrat papi yang paling utama sudah terobati dengan munculnya ibu baru bagi anak-anak. Cinta dan kasih sayang si kepala rumah tangga hanya fokus terhadap kecantikan sang istri baru.

         Kemunculan pengobat hati sang bapak inilah yang sangat bagus untuk dianalisis. Dibumbui dengan pesona yang begitu luar biasa hingga membuat hati sang ayah gelisah. Para pembaca pasti akan beranggapan bahwa kehadiran sosok baru dalam cerita ini merupakan jawaban dari situasi dan kondisi sebelumnya yang sempat caruk-marut. Pemakaian diksi yang hiperbol itu tampak jelas setelah sang dewi ini merubah 180 derajat sifat dia. Membuat para pembaca menjadi gregetan melihat tingkahnya yang kejam, boleh dikata ini bukan manusia karena telah menyiksa di kedua anak tersebut.

         Rasa penasaran pembaca itu ditambah dengan kebingungan siapa tokoh ini sebenarnya karena pada akhir-akhir cerita penulis menggambarkan seperti dewi. Mana ada dewi yang jahat? Ternyata penulis meluapkan ekspresinya pada peran ini. Kegeramanan melihat situasi sebelumnya menjadi sebuah keheranan memandang kepergian ibu tiri ini secara sekejap. Ternyata puncak dari cerita ini berada saat kepergiannya dibarengi dengan kemistikannya anak-anak menjadi ikan pesut.

         Sekarang yang menjadi pertanyaan kita mengapa ibu itu hadir dan bagaimana anak-anak menjadi ikan, apakah mereka berdosa atau mempunyai kesalahan? Hal tersebut yang akan menjadi pikiran kita hari-hari ini. Penulis dengan pintar menjadikan cerita ini berkesan dengan hal yang seperti itu. Hanya beliau yang tahu sebenarnya sedangkan kita cuma mendapatkan keragaman versi dari mereka-mereka yang terwarisi legenda pesut Mahakam ini.

Di Dusun Lembah Krakatau

Di Dusun Lembah Krakatau
By Siti Fatimah

      Siti Fatimah merupakan cerpenis asal Surabaya yang mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam dunia sastra, terbukti ia telah memperoleh penghargaan peringkat dua lomba cerpen Krakatau award pada tahun 2005 yang diadakan oleh dewan kesenian Lampung. Selain menulis cerpen cewek lulusan sastra Inggris UNAIR ini juga gemar menulis puisi dan esai sastra-budaya.

     Mula-mula dalam kisah ini kita terbius oleh kehadiran si Emak dan Banjo yang seperti memerankan tugas para penggembala. Hidup di padang rumput yang luas beserta bekal makanan yang seadanya. Penulis mencoba mempengaruhi pembaca dengan gaya tokoh yang sangat sederhana. Yang ada di benak kita hanya pertanyaan siapakan kedua tokoh itu dan apa latar belakang mereka? Apakah benar keduanya berasal dari suatu desa yang terpencil sehingga belum kemasukkan globalisasi IPTEK.

      Pengarang mempunyai ciri khas yang unik dalam pembuatan cerpen ini, dengan membuat chapter yang tak tuntas sehingga muncul kegelisahan dari pembaca. Belum sempat kita mengenal lebih dalam si Emak dan Banjo, kita sudah dihadirkan seorang tokoh lagi. Tokoh yang merupakan sentral segala kandungan cerita ini. Kemunculan tokoh ini digambarkan dengan rangkaian diksi yang ekspresif walaupun jika kita berkaca pada suatu kaedah ilmu itu merupakan imajinasi pengarang yang berlebihan atau boleh dikatakan ilusi semata.

      Pemakaian kata Hyang menggambarkan waktu pada saat itu. Hyang lebih sering digunakan oleh kaum Hindu sebagai pusat penyembahannya. Hyang itu sendiri dapat disejajarkan dengan kata dewa. Ada beberapa dewa yang dianut oleh masyarakat Hindu misalnya Sang Hyang Widi. Disini kami dapat tarik kesimpulan bahwa cerita ini terinspirasi saat kerajaan-kerajaan Hindu berkembang di negara kita.

      Kehadiran seorang malaikat ini membuat identitas dari Banjo terkuak sudah. Ternyata sang tokoh merupakan titipan dari Illahi yang hanya bersifat sementara saja. Pada saat yang akan tiba anak tersebut kembali menghada sang kuasa. Jika menilik kehidupan sosial dari sang tokoh, pembaca akan sempat terlintas di otak mereka bahwa kejadian ini mirip dengan suatu ajaran agama Kristiani. Dimana mereka memiliki kepercayaan bahwa Maria (ibu dari Yesus) mendapat anugerah dari sang Bapa yaitu seorang anak yang lahir tanpa adanya hubungan suami-istri. Dan di dalam kehidupannya banyak cacian dari orang-orang yang menyangkal kehadirannya.

      Pada bagian ending dari cerpen ini penulis hanya membingkainya sangat sederhana. Tampak terasa mengganjal apabila kita rentetkan dengan kejadian-kejadian sebelumnya. Puncak klimaks justru hadir saat masyarakat mendapat teguran dari sang maha kuasa. Kepergian Banjo justru terabaikan dengan dinamika cerita yang dipakai penulis.

     Cerpen ini mengandung aspek religi yang sangat besar. Kemasan pesan-pesan yang diwariskan kepada pembaca juga jelas dan rapi. Sehingga bila ditangkap secara struktural akan terjadi koneksi yang mudah antara amanat pengarang dengan tangkapan sang pembaca.

Jumat, 19 Desember 2008

HAKEKAT SOSIOLINGUISTIK

       Setiap teori tentu memiliki sebuah landasan agar teori itu dapat dipercaya oleh orang yang hendak menganutnya, demikian juga dengan kajian sosiolinguistik. Dalam teori ini menurut para ahli sosiolinguistik memandang bahwa hakikat bahasa sebagai kajian objek mereka. Hakikat bahasa disini dapat dibagi menjadi dua yaitu interdisipliner dan disipliner. Interdisipliner memiliki sifat yakni makrolinguistik, kajian ini berorientasi pada factor eksternal bahasa. Setelah berkembang kajian interdisipliner lebih mengarah ke sifat dinamika. Sedangkan disipliner memiliki sifat mikrolingustik dan condong kearah sistem internal bahasa. Kajian bahasa memiliki sebuah perangkat yang terbagi atas langue dan parole dimana telah kita ketahui bahwa langue memiliki sifat abstrak dan parole bersifat kongkret. Keduanya akan membentuk dua asumsi dasar kajian bahasa yakni pertama, bahasa dipandang sebagai sistem tanda yang dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dapat membentuk tata bahasa dan kedua, bahasa dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara cultural atau dipakai oleh sekelompok individu. Sistem tanda yang mengacu kepada kode ini memiliki dalil yaitu bahasa sebagai sistem komunikasi, bersifat sistematis maupun sistemis, bahasa anak terhadap bahasa pertamanya cukup lengkap. Sedangkan asumsi yang kedua mengarah ke kesejajaran dan korelasi ini juga memiliki suatu paham bahwa bahasa sebagai tingkah laku budaya manusia, didalam masyarakat tutur diperlukan adanya pembaruan, masyarakat tutur selalu ada reaksi subjektif terhadap variasi bahasa, di dalam masyarakat tutur dan masyarakat bahasa terdapat varian bahasa. Selain landasan dan perangkat asumsi kajian bahasa juga memiliki 4 tipe pemerian ilmiah yakni deduktif, probabilistic, fungsional dan genetic.

           Perbedaan antara sosiolinguistik dengan linguistic ialah jika berdasarkan orientasi filosofis, sosiolinguistik menganut pahan nominalisme sedangkan linguistik lebih kearah realisme. Dari sistem bahasa sosiolinguistik bersifat terbuka, linguistic bersifat tertutup. Pada sifat bahasa sosiolinguistik bersistem yang heterogen sedangkan linguistic hanya homogen. Jika dilihat dari focus deskripsi, sosiolinguistik lebih memperhatikan fungsi bahasa dalam masyarakat sedangkan linguistic lebih mementingkan struktur. Dilihat dari data sosiolinguistik bisa berupa verbal dan non verbal sedangkan linguistic hanya verbal saja. Pada unit data sosiolinguistik berupa wacana sedangkan linguistic berupa kalimat. Berdasarkan pendekatan sosiolinguistik cenderung multidisipliner sedangkan linguistic kearah unidisipliner. Kesimpulan diatas pada kajian ini cenderung mengindahkan fungsi bahasa tersebut dalam peristiwa ataukegiatan social yang terjadi dalam masyarakat secara terpadu misalnya sistem social, stratifikasi social, diferensiasi social, mobilitas social dan pranata social.

        Dimensi-dimensi yang terdapat dalam sosiolinguistik antara lain identitas social penutur dan mitra tutur entah dalam hal ini si mitra tutur mau penutur kebaradaannya segabai bawaan, usaha maupun pemberian. Tempat dan waktu terjadinya komunikasi (tempat dan waktu pembicaraan sangatlah berpengaruh terhadap pemilihan kode dan gaya bertutur seseorang), analisis sinkronik dan diakronik (diwujudkan dalam deskripsi pola-pola dialek social baik berdasar pada asal daerah, kelompok social, tingkat formalitas maupun berdasar pada perkembangan waktu), penilaian social terhadap bahasa (dimensi tersebut berhubungan dengan sikap bahasa yang terdiri atas kognitif, afektif dan kognititif), tingkat dan luasnya variasi bahasa (dari hal ini akan terlihat jelas bahwa keheteroginan bahasa sangatlah bisa terwujud, keheteroginan bahasa menyebabkan hadirnya variasi bahasa, ciri ini dibedakan menjadi multidialektal, multilingual, dan multisosietal), dan penerapan praktis yang merupakan bentuk kongkrit kontribusi dari hasil kerja sosiolinguistik.

Minggu, 07 Desember 2008

ANALISIS STRUKTURAL “SAJAK PUTIH”

 SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa.
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah…
(DCD, 1959:19)

1. Ide Kesatuan (The Idea Wholeness)
Sebuah puisi merupakan rangkaian kata-kata yang saling berkaitan baris demi barisnya. Bila dalam puisi ada sebuah enjambemen, maka puisi itu akan berkelanjutan atau dengan kata lain tidak terpisah. Makna yang menggantung pada baris sebelumnya akan dilanjutkan pada baris sesudahnya. Dari hal tersebut kita dapat menyimpulkan adanya suatu kesatuan atau keterikatan di seluruh tubuh puisi tersebut.

Dalam menganalisis sebuah puisi kita tidak bisa hanya berkaca bagian-bagian tertentu saja tetapi kita harus mengkombinasikan tiap-tiap larik agar menjadi selaras dan mengadung makna yang real. Pilihan kata yang kontras akan kita jumpai tetapi disitulah letak keindahan dari sebuah puisi. Bila diksi yang digunakan tidak monoton diperlukan skemata yang luas untuk memahaminya.

Baris-baris awal pada sajak putih sangat jelas terdapat hubungan yang erat.
Bersandar pada tari warna pelangi, Kau depanku bertudung sutra senja, Di hitam matamu kembang mawar dan melati, Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Disini penyair melihat kekasihnya dengan mengajaknya berinteraksi walaupun hanya batin yang berperan. Ditengah keindahan suasana yang membuat pengarang dimabuk panah cinta. Segala sisi kecantikan dari si dia dilukiskan dengan indah, mulai dari mata yang diisnpirasikan dengan keharuman bunga melati dan rambut yang menyibak wajah si-aku (pengarang) perlahan-lahan.

Keterkaian bait kedua dengan sebelumnya juga saya rasakan kata sepi menyanyi itu tergambar ekspresi si-aku yang kegirangan dengan perasaan hatinya. Benar-benar pengarang terhanyut dalam jiwanya, seolah-olah tidak mau menanggapi lingungkan sekitarnya. Hidup pengarang ditentukan oleh keputusan dari si-dia Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, dari diri si-aku sudah menghapus segala kekurangan yang dimilikinya. Jikalau si-dia tidak meu menerima cintanya, betapa hancurnya jiwa si-aku sehingga hidupun enggan. Antara kita mati datang tidak membelah…

2. Ide Transformasi
Puisi merupakan ide transformasi dari pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Struktur tidaklah harus tepat dengan yang dibuat oleh pengarang. Struktur yang dibuat oleh pengarang bisa diinprove sesuai metode yang telah ada sehingga pembaca dapat memahami isi puisi itu dengan jelas.

Pada bait pertama terdapat kalimat Kau depanku bertudung sutra senja ,dan Harum rambutmu mengalun bergelut senda keduaya sama-sama mempunyai struktur subyek-predikat-pelengkap. Keduanya bisa ditransformasikan menjadi kau berada didepan chairil waktu sore hari dan rambutmu melambai-lambai di waktu senja.

Pada bait kedua lirik Dan dalam dadaku memerdu lagu, Menarik menari seluruh aku. Bisa dirubah dengan dan dalam dada chairil melantunkan sebuah lagu dan menarik seluruh tubuh chairl.
Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, Selama kau darah mengalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah…dalam sajak aslinya penggunaan diksinya terkesan kaku agar tidak menjadi suatu hal yeng menjemukan bisa diubah menjadi Selama kau didekatu darah ini akan tetap mengalir. Walau kematian datang kita takkan berpisah.

3. Ide Pengaturan Diri Sendiri (Self-Regulation)
Kebebasan diri merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena ekspresi pengarang akan tampak fulgar dengan adanya itu. Demikian juga dalam tubuh puisi yang terdapat suatu system pengaturan diri sendiri sehingga kita tidak membutuhkan hal lain untuk mematok suatu karya.
Sajak putih bisa kita rubah dengan ide-ide kita tanpa harus merubah struktur puisi tersebut. Ini dilakukan supaya pembaca dapat mengerti makna struktural secara jelas bukan samar-samar lagi.

Disuatu senja kau berada di depanku,
dan bersandar pada alam yang berhiaskan dengan warna-warni pelangi.
Dalam matamu yang hitam bagaikan bunga mawar dan melati.
Sedang rambutmu yang harum ditiup angin melambai-lambai..

Tiba-tiba suasana menjadi heningi, seperti malam saat kita berdoa. Kesepian ini membuat jiwaku bergerak bagai permukaan air kolam yang beriak..
Dalam keadaan itu, di dadaku melantun lagu yang merdu.
Menarik seluruh tubuhku.

Aku masih hidup jika pintu hatimu terbuka , selama kau masih menengadahkan wajahmu padaku.
Darahku akan terus mengalir walau dalam duka asal kau tetap ada disampingku. Walaupun kematian datang kita berdua tak kan berpisah.

Sabtu, 06 Desember 2008

MODAL

A. Pengertian
Modal merupakan kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek).


B. Tujuan dalam penggunaan modal
1. Untuk memperbicangkan tentang kemampuan atau ketidak-mampuan seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. untuk memperbincangkan tentang suatu tindakan yang perlu baik mustahil atau tidak mustahil.
3. untuk memperbincangkan tentang suatu situasi yang adalah mungkin atau mustahil.


C. Ciri-ciri
1. modal terdapat pada sebelum subjek jika kalimat tersebut merupakan kalimat pertanyaan.
2. jika kalimat tersebut ialah kalimat berita modal diletakkan sesudah subjek berada.
3. modal selalu diikuti dengan kata kerja atau kata sifat setelah modal itu berada.
4. modal bersifat mana suka.

D. Contoh.
• Seperti.
• Ingin.
• Hendak.
• Mau.
• Dapat.
• Harus.
• Boleh.
• Rupanya.
• Kira.
• Agak.
• Sebenarnya.
• Pastilah.
• Dan lain sebagainya.

E. Perbedaan Modal Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris.
Dalam bahasa Inggris modal dicampur dengan keterangan cara, yang dimungkinkan sekali karena kalimat-kalimat pada bahasa Inggris selalu memakai gatra-kerja sebagai predikatnya, tidaklah demikian dalam bahasa Indonesia.

Jumat, 05 Desember 2008

SASTRA DAN PSIKOLOGI

1. Hubungan
Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang dibangun oleh pengarangnya.

2. Konsep
Psikologi adalah suatu seni yang biasanya menyajikan situasi yang terkadang tidak masuk akal dan suatu kejadian-kejadian yang fantastik. Psikologi dapat mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan kelainan jiwanya, bahkan meneliti alam sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen diluar sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Banyak karya besar yang menyimpang dari standar psikologi, karena kesesuaian hasil karya dengan kebenaran psikologis belum tentu bernilai artistik. Pemikiran psikologi dalam karya sastra tidak hanya dicapai melalui pengetahuan psikologi saja. Namun pada kenyataannya atau pada kasus-kasus tertentu pemikiran psikologi dapat menambah nilai estetik atau keindahan karena dapat menunjang koherensi dan kompleksitas suatu karya.

3. Ciri-ciri
a. Pengarang menghindari penyesuaian diri dengan norma masyarakat, karena hal itu berarti mematikan arus lingkungan.
b. Adanya kemampuan membayangkan suatu bayangan yang bersifat indrawi.
c. Susunan mental seorang penyair berbeda dengan susunan sebuah puisi.
d. Sebagai gejolak emosi, suatu karya dapat menampilkan hubungan imajinasi dengan kepercayaan.
e. Psikologi merupakan suatu persiapan penciptaan.
f. Bersumber dari kebiasaan untuk tidak membeda-bedakan macam-macam penginderaan.

4. Manfaat
a. Mempertajam kemampuan pengamatan.
b. Membantu mengentalkan kepekaan pada kenyataan.
c. Memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah sebelumnya.
d. Studi tentang perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya karena jika dipakai dengan tepat, dapat membantu kita melihat mana keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang penting dalam suatu karya sastra.
e. Menjelaskan tokoh dalam situasi cerita.

5. Tokoh
a. Carl Jung
Mengungkapkan bahwa dalam bawah salam sadar manusia ada kesadaran kolektif yakni daerah masa lalu umat manusia di masa sebelum manusia ada dan menciptakan tipologi psikologi yang rumit.
b. Freud
Pengungkap konsepsi tentang seniman yang merupakan seseorang yang lari dari kenyataan dan hidup dalam fantasinya.
c. Erich Jaensen
Pengungkap kemampuan membayangkan hal-hal yang bersifat indrawi merupakan gejala menyatunya kemampuan berfikir dan pengindraan.
d. W.H. Auden
Menekankan bahwa seniman boleh tetap menjadi orang neurotik kalau ia tahan.
e. Ribot
Membagi dua tipe imajinasi sastrawan menjadi tipe plastis dan tipe diffluent.

6. Contoh
Jika kita pernah membaca novel The Birth of Tragedy karya Nietzsche pada tahun 1872 disitu terdapat penggolongan dua kutub seni yang menarik. Apollo dan Dionysus dua dewa seni Yunani mewakili dua jenis seni dan proses seni, seni patung dan musik, tingkat psikologis mimpi dan keadaan mabuk ekstase. Keduanya kira-kira sejalan dengan penggolongan sastrawan “pengrajin” dan sastrawan “kesurupan”, sastrawan klasik dan Romantik.

BOLA MERAH-PUTIH MAU BERHENTI


Bola merah-putih akan selalu bergelinding sepanjang waktu tetapi akankah ini akan abadi selamanya? Mungkin kita harus ikut study tour ke markas si bola merah-putih, bagaimana akhir-akhir ini terjadi gempa disana. Gempa yang sangat dashyat hingga menghebohkan seluruh warga. Gempa ini bisa menimbulkan kepanikan bagi kita yang peduli terhadap si bola merah-putih.

Baru satu bulan di tahun yang ketujuh pada abad milenium ini kita masih dapat bangga atas berkibarnya merah-putih di mata penduduk Asia, perjuangan pion-pion yang bersemangat hingga meneteskan air keringatnya dan mengasah kakinya untuk membawa harum bumi garuda ini. Tetapi akibat salah satu pemain kita bola merah-putih akan tenggelam di mata dunia. Pemain ini memang pernah berjasa bagi negaranya karena telah membukakan mata kepada dunia mengenai panorama negaranya sendiri namun itu dulu, sekarang dia masuk menjadi sekolompok orang yang sering dicaci oleh pecinta bola merah-putih.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, di dalam kelebihan pasti ada kekurangan demikian pula yang dialami oleh pemain ini, setelah keahliannya habis ia tidak mempunyai apa-apa. Ia menjadi orang yang miskin sampai-sampai dia harus mencuri beras di BULOG, apakah gaji selama ini tidak ia tabung? Apakah bonus-bonus dari pemain atau klub lain tidak masuk ke kantong? Lalu ke mana saja uangnya? Habis di kota metropolitan dengan suasana malam yang begitu mengasyikkan mungkin itu jawaban yang tepat. Tidakkah dia berpikir bahwa nasib bola merah-putih berada ditangannya.

Sekarang masa hidup bola merah-putih berada ia cengkram? Kebijakan yang bijak haruslah ia ambil supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh para pecinta bola merah-putih. Semua pecinta merah-putih sudah ramai-ramai berduyun-duyun ke kantor bola merah-putih, baik lembaga klub, para pion, maupun marga pecinta. Marga pecinta sangatlah menarik dalam mencaci-maki pemain yang berinisial “NH” ini.

Bayangkan saja hampir marga pecinta semua lembaga klub menginginkan NH untuk pensiun. Mulai dari lembaga-lembaga besar seperti sang The best, macan Oranye, Wong Solo, Elang Sleman, dan Joko Lamongan bergabung bersama untuk bernyanyi dan ber-unjuk rasa. Ini menandakan seperti semboyan negara kita “Bhinekka Tunggal Ika” walaupun berbeda marga tetapi rasa nasionalisme tetap satu yaitu demi kemajuan bola merah-putih.

Namun itu tidak menciutkan nyali NH untuk pensiun, ia masih ingin menjadi pemain walau berada di balik jeruji. Mana mungkin ada pemain yang bisa menggerakkan bola di balik jeruji? Hanya keheranan yang terlintas dari kita. Setelah diselidiki mengapa tidak segera diadakan regenerasi untuk mengganti sang kapten NH ini, ternyata para sahabatnya juga masih menaruh harapan ke dia. Pencuri kok dilindungi.

Pengadilan tertinggi akhirnya ikut campur dalam masalah ini supaya segera terjadi kesepakatan yang dapat menyelematkan bola merah-putih. Pengadilan tertinggi sudah memukul palu dengan tegas supaya sang kapten merah-putih pensiun dini. Lagi-lagi NH hanya tersenyum atas keputusan ini, dia menganggap semuai itu hanya gosip. Tidak adanya pasal yang mengatur tentang pemain yang di penjara dalam buku primbonnya membuat salah satu alasan baginya. Pengadilan tertinggi yang merasa tidak dilecehkan karena keputusannya tidak digubris itu naik darah, ancaman-ancaman terlontarkan bukan kepada NH saja tetapi bagi kemajuan bola merah-putih. Mereka melakukan intimidasi bakal menon-aktifkan bola merah-putih untuk melaju di kancah internasional kalau si kapten tidak segera pensiun.

Begitu pula dengan munas yang memfasilitasinya, ternyata menimbulkan pendapat yang berbeda-beda. Mayoritas penyayang bola merah-putih juga setuju dengan keputusan dari pengadilan tertinggi agar diadakan musnaslub dan menggantikan sang kapten yang tugasnya memimpin ini dari jabatannya. Masih banyak putra terbaik di negeri ini yang sanggup menggantikan peran NH.

Sebagai target sang kapten menunjukkan sikap yang tidak jauh beda dengan para pendukungnya. Tidak ada sikap legawa yang diambilnya, seakan-akan label yang tertera di keningnya sebagai seorang narapidana tidak mengganggunya. Ia tetap tidak bergeming dengan segala tuntutan agar dia mundur secara ksatria dari persepakbolaan nasional. Entah ego atau kenikmatan atas kekuasaaan yang membutakan mata hatinya.

Jika seperti ini, gerakan moral memang harus dimulai. Gerakan secara damai untuk mengangkat kembali derajat bola merah-putih ke seluruh penjuru mata. Mari kita satukan tekad, lupakan ras dan suku mari kita bergabung supaya terjadi revolusi di persepakbolaan negara garuda ini.

Bola merah-putih disponsori oleh pabrik rokok yang dimana setiap di kemasannya selalu tercatat slogan yang mengatakan :

PERHATIAN
NH DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KESEHATAN PERSEPAKBOLAAN MERAH-PUTIH


ANALISIS NASKAH AENG KARYA PUTU WIJAYA


AENG
Karya : Putu Wijaya


Putu Wijaya yang produktif ini bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya, Lahir di Puri Anom, Sarem, Kangin, Tabanan, Bali, 11 April 1944. banyak karya-karya baik drama maupun prosa yang ia hasilkan, misalnya Dalam Cahaya Bulan Bila Malam ,Bertambah Malam, Invalid, Tak Sampai Tiga Bulan, Orang-Orang Malam, Lautan bernyanyi, Aduh, Anu, Edan, Hum-pim-pah, Dag-dig-dug,dan lain sebagainya. Gaya penulisan Putu Wijaya sangat kental sekali, ia cenderung mempergunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya stream of consciousness. Putu berani mengungkapkan kenyataan hidup karena dorongan naluri yang terpendam dalam bawah sadar, lebih-lebih libido seksual yang ada dalam daerah kegelapan.

Dalam naskah drama Aeng ini Putu wijaya mencoba melukiskan seorang yang karena hasrat duniawinya akhirnya terperosok ke dalam dunia yang sesak. Mula-mula ia menceritakan kebiasaan tokoh Alimin yang ingin mengarungi kehidupan ini sendiri, tanpa campur tangan orang lain. Ini terlihat ketika ada seorang yang hendak bertamu tetapi ia malah ingin tidak diganggu. Pada awal-awal Putu Wijaya hendak membeberkan bagaimana tokoh Alimin ini, seperti apa dia. Hal tersebut tergambar dalam penggalan naskah ini.

TIBA-TIBA BERTERIAK DAN MELEPASKAN) Gila. Kamu melawan? (KETAWA) Kamu menghasutku untuk melakukan melawan? (KETAWA) Tidak bisa.. Manusia bisa kamu lawan. Tapi dinding beku ini tidak. Mereka bukan manusia lagi. Itu sistem yang tak mengenal rasa. Tak ada gunanya kawan, tidak. (MEMBURU DAN MENGINJAK KECOAK ITU) kamu tidak berdaya. Kamu sudah habis (TERTEGUN)

Setelah puas dengan permainan diksi dan pengungkapan ‘dia’ dalam menggali dan mencoba mengenali watak tokoh utama dalam naskah drama ini, kemudian Putu Wijaya mencoba memasukkan progesif alur untuk membuat cerita ini menjadi lebih hidup. Tokoh langsung dihadapkan dengan beberapa pertikaian atau permasalahan. Bagaimana tokoh Alimin ini menyikapinya? Ternyata dengan daya ledakan yang cukup tinggi pada dirinya. Pengungkapan yang berapi-api dan cenderung dengan kata-kata kotor ini wujud dari Putu Wijaya yang ekspresif dalam pengungkapannya. Hal ini dapat kita lihat dalam penggalan naskah berikut ini.
Atau mungkin hanya hantu. Enak juga jadi hantu. Tidak kelihatan , tapi bisa melihat. Aku bisa masuk ke kamar mandi mengintip perempuan-perempuan jadi cabul kalau sendirian. Aku masuk ke dalam kamar tidur para Pemimpin dan melihat ia menjilati kaki istrinya seperti anjing. Aku masuk kedalam rumah-rumah ibadah dan melihat beberapa Pendeta main judi sambil menarik kain para pembantu. Tak ada orang yang bersih lagi. Sementara dogma-dogma makin keras ditiup dan aturan makin banyak dijejerkan untuk membatasi tingkah laku manusia, peradaban makin kotor. Ah, apa ini? Menjadi hantu hanya melihat kebrengsekan! Nggak enak ah!

Namun, yang menjadi hal menarik ialah terjadinya loncatan-loncatan sebelum tokoh Alimin mendapatkan pressure dari sang pengarang. Putu Wijaya langsung memberikan permasalahan tanpa latar belakang yang jelas. Ia tak mengisahkan bagaimana sang tokoh tersebut hanyut dalam sebuah problema yang ia derita hingga akhirnya mengisahkan ia harus mendekap di balik jeruji besi. Disini hanya dilukiskan bahwa si tokoh karena memperkosa seorang pelacur. Tetapi yang menarik apabila kita kaji ialah bagaimana seorang pelacur ini hadir di dalam kehidupan Alimin. Tiba-tiba Putu Wijaya menempatkan seorang pelacur tersebut sebagai bahan untuk menuju tahap yang klimaks.
MENOLEH KE TOPINYA TIBA-TIBA TERSENYUM RIANG) He, kamu ada di situ Nensi! Rupanya kamu yang dari tadi melotot di situ. Apa kabar? Sedang apa kamu sekarang? Kenapa lipstik kamu belepotan? Ada hansip yang memperkosa kamu? Jangan diam saja seperti orang bego sayang. Ke mari. Masih ingat pada aku kan? MENUNDUKKAN BADANNYA, KEDUA TANGANNYA DI DEKAT TOPI ITU) Aku bukan orang yang dulu lagi. Kau pun tidak. Ketiak kita sudah ubanan. Tetapi kita pernah bersama-sama membuat sejarah dan itu tidak bisa hapuskan begitu saja. Sekeping dari diri kamu masih tetap dalam tubuhku dan bagian dari punyaku masih tersimpan pada kamu. Kita bisa berbohong tapi itu tidak menolong.
Perkenalan itulah yang kurang disisipkan oleh Putu Wijaya. Hal ini membuat para pembaca akan bertanya-tanya atau malah kebingungan dengan hadirnya sosok Nensi yang mendadak di dalam kehidupan Alimin. Tiba-tiba sang pengarang langsung menempatkan tokoh utama dihapan sang pengadil di meja hijau.

Yang Mulia Hakim yang saya hormati. Saya tak akan membela apa yang sudah saya lakukan. Saya justru ingin menjelaskannya. Bahwa memang benar saya yang melakukan segalanya itu. Hukumlah saya. Dua kali dari ancaman yang telah paduka sediakan. Wanita itu saya cabik lehernya, karena saya rasa itu yang paling tepat untuk dia. Kemudian harta bendanya saya rampas, karena kalau tidak dimanfaatkan akan mubazir. Saya lakukan itu dalam keadaan yang tenang. Pikiran saya waras.

Kemudian sang tokoh langsung dibawa ke alam yang berbeda berdasarkan hasil akhir yang ia dapat dari pengadilan tersebut. Tetapi hal menarik justru terjadi, seperti kita ketahui dalam film-film sekarang atau sinetron-sinetron dimana saat tokoh utama saat menjalani proses kriminal dan harus dirumahkan di jeruji besi akan mendapat tekanan batin yang besar sehingga faktor spiritualnya akan terganggu dan seakan-akan menyangkal keberadaan tuhan itu ada.
Di dalam ruangan ini aku menjadi manusia. Di dalam ruangan ini aku lahir kembali. Mataku terbuka dan melihat cinta di balik jendela. Melihat keindahan cahaya matahari dan bulan yang romantis malam hari. Aku ingin kembali mengulang sekali lagi apa yang sudah kujalani....... Ya Tuhan, mengapa kamu tipu saya. Kenapa tak kamu bilang bukan itu orangnya. Keliru sih boleh saja.

Bagian ending dalam cerita ini tidak jelas, karena terdapat sebuah sosok lagi yang hadir dalam naskah ini. Tokoh tersebut hanya digambarkan oleh putu wijaya dengan keadaan fisiknya saja.
DUDUK DI KURSI DAN MENJADI TUA) Omong kosong! Orang itu menggantung diri karena setelah lima puluh tahun dalam penjara, baru ia sadari segala tindakannya itu keliru. Bahkan ia yakin hukuman mati belum setimpal dengan dosa-dosanya. Lalu ia menghukum dirinya sendiri. Memang ada kasus kesalahan menghukum, tetapi itu kasus lain, jangan digado, ini bukan nasi campur!

Hal ini akan membuat kita juga akan bertanya-tanya, darimana datangnya tokoh tersebut? Dan bagaimana kelanjutan tokoh utama yang telah ’bebas’ dari hukumannya? Apakah ilustrasi tokoh tersebut merupakan tindak lanjut sikap tokoh utama? Tentu hanya pengarang yang saja yang mengerti bagaimana itu semua terlukiskan? Mungkin kita juga akan memperkirakan bahwa tokoh tua yang dihukum mati itu ialah tokoh utama yang karena putus asa dengan hukuman dan keduniawiannya sehingga ia ingin menjadi tumbal atas ketidak-adilan yang ia terima. Kelebihan dari naskah drama ini ialah pemilah diksi sang Putu Wijaya yang pintar dalam mengolah kata-kata yang kebanyakan ialah kata-kata pembandingan dengan pengungkapan-pengungkapan yang full ekspresif walaupun terlihat apa adanya. Penokohan menjadi hal yang membuat kita menjadi bingung, latar belakang yang tak jelas sehingga mempengaruhi daya kejelajahan alur yang coba diungkapkan oleh sang pengarang.

Searching