SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa.
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah…
(DCD, 1959:19)
1. Ide Kesatuan (The Idea Wholeness)
Sebuah puisi merupakan rangkaian kata-kata yang saling berkaitan baris demi barisnya. Bila dalam puisi ada sebuah enjambemen, maka puisi itu akan berkelanjutan atau dengan kata lain tidak terpisah. Makna yang menggantung pada baris sebelumnya akan dilanjutkan pada baris sesudahnya. Dari hal tersebut kita dapat menyimpulkan adanya suatu kesatuan atau keterikatan di seluruh tubuh puisi tersebut.
Dalam menganalisis sebuah puisi kita tidak bisa hanya berkaca bagian-bagian tertentu saja tetapi kita harus mengkombinasikan tiap-tiap larik agar menjadi selaras dan mengadung makna yang real. Pilihan kata yang kontras akan kita jumpai tetapi disitulah letak keindahan dari sebuah puisi. Bila diksi yang digunakan tidak monoton diperlukan skemata yang luas untuk memahaminya.
Baris-baris awal pada sajak putih sangat jelas terdapat hubungan yang erat.
Bersandar pada tari warna pelangi, Kau depanku bertudung sutra senja, Di hitam matamu kembang mawar dan melati, Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Disini penyair melihat kekasihnya dengan mengajaknya berinteraksi walaupun hanya batin yang berperan. Ditengah keindahan suasana yang membuat pengarang dimabuk panah cinta. Segala sisi kecantikan dari si dia dilukiskan dengan indah, mulai dari mata yang diisnpirasikan dengan keharuman bunga melati dan rambut yang menyibak wajah si-aku (pengarang) perlahan-lahan.
Keterkaian bait kedua dengan sebelumnya juga saya rasakan kata sepi menyanyi itu tergambar ekspresi si-aku yang kegirangan dengan perasaan hatinya. Benar-benar pengarang terhanyut dalam jiwanya, seolah-olah tidak mau menanggapi lingungkan sekitarnya. Hidup pengarang ditentukan oleh keputusan dari si-dia Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, dari diri si-aku sudah menghapus segala kekurangan yang dimilikinya. Jikalau si-dia tidak meu menerima cintanya, betapa hancurnya jiwa si-aku sehingga hidupun enggan. Antara kita mati datang tidak membelah…
2. Ide Transformasi
Puisi merupakan ide transformasi dari pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Struktur tidaklah harus tepat dengan yang dibuat oleh pengarang. Struktur yang dibuat oleh pengarang bisa diinprove sesuai metode yang telah ada sehingga pembaca dapat memahami isi puisi itu dengan jelas.
Pada bait pertama terdapat kalimat Kau depanku bertudung sutra senja ,dan Harum rambutmu mengalun bergelut senda keduaya sama-sama mempunyai struktur subyek-predikat-pelengkap. Keduanya bisa ditransformasikan menjadi kau berada didepan chairil waktu sore hari dan rambutmu melambai-lambai di waktu senja.
Pada bait kedua lirik Dan dalam dadaku memerdu lagu, Menarik menari seluruh aku. Bisa dirubah dengan dan dalam dada chairil melantunkan sebuah lagu dan menarik seluruh tubuh chairl.
Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, Selama kau darah mengalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah…dalam sajak aslinya penggunaan diksinya terkesan kaku agar tidak menjadi suatu hal yeng menjemukan bisa diubah menjadi Selama kau didekatu darah ini akan tetap mengalir. Walau kematian datang kita takkan berpisah.
3. Ide Pengaturan Diri Sendiri (Self-Regulation)
Kebebasan diri merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena ekspresi pengarang akan tampak fulgar dengan adanya itu. Demikian juga dalam tubuh puisi yang terdapat suatu system pengaturan diri sendiri sehingga kita tidak membutuhkan hal lain untuk mematok suatu karya.
Sajak putih bisa kita rubah dengan ide-ide kita tanpa harus merubah struktur puisi tersebut. Ini dilakukan supaya pembaca dapat mengerti makna struktural secara jelas bukan samar-samar lagi.
Disuatu senja kau berada di depanku,
dan bersandar pada alam yang berhiaskan dengan warna-warni pelangi.
Dalam matamu yang hitam bagaikan bunga mawar dan melati.
Sedang rambutmu yang harum ditiup angin melambai-lambai..
Tiba-tiba suasana menjadi heningi, seperti malam saat kita berdoa. Kesepian ini membuat jiwaku bergerak bagai permukaan air kolam yang beriak..
Dalam keadaan itu, di dadaku melantun lagu yang merdu.
Menarik seluruh tubuhku.
Aku masih hidup jika pintu hatimu terbuka , selama kau masih menengadahkan wajahmu padaku.
Darahku akan terus mengalir walau dalam duka asal kau tetap ada disampingku. Walaupun kematian datang kita berdua tak kan berpisah.
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa.
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelah…
(DCD, 1959:19)
1. Ide Kesatuan (The Idea Wholeness)
Sebuah puisi merupakan rangkaian kata-kata yang saling berkaitan baris demi barisnya. Bila dalam puisi ada sebuah enjambemen, maka puisi itu akan berkelanjutan atau dengan kata lain tidak terpisah. Makna yang menggantung pada baris sebelumnya akan dilanjutkan pada baris sesudahnya. Dari hal tersebut kita dapat menyimpulkan adanya suatu kesatuan atau keterikatan di seluruh tubuh puisi tersebut.
Dalam menganalisis sebuah puisi kita tidak bisa hanya berkaca bagian-bagian tertentu saja tetapi kita harus mengkombinasikan tiap-tiap larik agar menjadi selaras dan mengadung makna yang real. Pilihan kata yang kontras akan kita jumpai tetapi disitulah letak keindahan dari sebuah puisi. Bila diksi yang digunakan tidak monoton diperlukan skemata yang luas untuk memahaminya.
Baris-baris awal pada sajak putih sangat jelas terdapat hubungan yang erat.
Bersandar pada tari warna pelangi, Kau depanku bertudung sutra senja, Di hitam matamu kembang mawar dan melati, Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Disini penyair melihat kekasihnya dengan mengajaknya berinteraksi walaupun hanya batin yang berperan. Ditengah keindahan suasana yang membuat pengarang dimabuk panah cinta. Segala sisi kecantikan dari si dia dilukiskan dengan indah, mulai dari mata yang diisnpirasikan dengan keharuman bunga melati dan rambut yang menyibak wajah si-aku (pengarang) perlahan-lahan.
Keterkaian bait kedua dengan sebelumnya juga saya rasakan kata sepi menyanyi itu tergambar ekspresi si-aku yang kegirangan dengan perasaan hatinya. Benar-benar pengarang terhanyut dalam jiwanya, seolah-olah tidak mau menanggapi lingungkan sekitarnya. Hidup pengarang ditentukan oleh keputusan dari si-dia Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, dari diri si-aku sudah menghapus segala kekurangan yang dimilikinya. Jikalau si-dia tidak meu menerima cintanya, betapa hancurnya jiwa si-aku sehingga hidupun enggan. Antara kita mati datang tidak membelah…
2. Ide Transformasi
Puisi merupakan ide transformasi dari pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Struktur tidaklah harus tepat dengan yang dibuat oleh pengarang. Struktur yang dibuat oleh pengarang bisa diinprove sesuai metode yang telah ada sehingga pembaca dapat memahami isi puisi itu dengan jelas.
Pada bait pertama terdapat kalimat Kau depanku bertudung sutra senja ,dan Harum rambutmu mengalun bergelut senda keduaya sama-sama mempunyai struktur subyek-predikat-pelengkap. Keduanya bisa ditransformasikan menjadi kau berada didepan chairil waktu sore hari dan rambutmu melambai-lambai di waktu senja.
Pada bait kedua lirik Dan dalam dadaku memerdu lagu, Menarik menari seluruh aku. Bisa dirubah dengan dan dalam dada chairil melantunkan sebuah lagu dan menarik seluruh tubuh chairl.
Hidup dari hidupku, pintu terbuka, Selama matamu bagiku menengadah, Selama kau darah mengalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah…dalam sajak aslinya penggunaan diksinya terkesan kaku agar tidak menjadi suatu hal yeng menjemukan bisa diubah menjadi Selama kau didekatu darah ini akan tetap mengalir. Walau kematian datang kita takkan berpisah.
3. Ide Pengaturan Diri Sendiri (Self-Regulation)
Kebebasan diri merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena ekspresi pengarang akan tampak fulgar dengan adanya itu. Demikian juga dalam tubuh puisi yang terdapat suatu system pengaturan diri sendiri sehingga kita tidak membutuhkan hal lain untuk mematok suatu karya.
Sajak putih bisa kita rubah dengan ide-ide kita tanpa harus merubah struktur puisi tersebut. Ini dilakukan supaya pembaca dapat mengerti makna struktural secara jelas bukan samar-samar lagi.
Disuatu senja kau berada di depanku,
dan bersandar pada alam yang berhiaskan dengan warna-warni pelangi.
Dalam matamu yang hitam bagaikan bunga mawar dan melati.
Sedang rambutmu yang harum ditiup angin melambai-lambai..
Tiba-tiba suasana menjadi heningi, seperti malam saat kita berdoa. Kesepian ini membuat jiwaku bergerak bagai permukaan air kolam yang beriak..
Dalam keadaan itu, di dadaku melantun lagu yang merdu.
Menarik seluruh tubuhku.
Aku masih hidup jika pintu hatimu terbuka , selama kau masih menengadahkan wajahmu padaku.
Darahku akan terus mengalir walau dalam duka asal kau tetap ada disampingku. Walaupun kematian datang kita berdua tak kan berpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar