Senin, 16 November 2009

BAHASA DAN STRUKTUR SOSIAL

Perbedaan kompetensi berbahasa individu berhubungan erat dengan kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif adalah kemampuan bertutur atau menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma-norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Kompetensi komunikatif melibatkan kode bahasa. Kompetensi komunikatif berhubungan dengan kemampuan sosial dan kebudayaan pemakai bahasa yang dapat membantu untuk menggunakan dan menginterpretasikan bentuk-bentuk linguistik. Kemampuan komunikatif juga biasa disebut dengan repertoar bahasa. Repertoar bahasa yang dimiliki dan dikuasau oleh sekelompok pemakai bahasa auat masyarakat disebut masyarakat tutur. Menurut Fishman dan Labov masyarakat tutur berbeda dengan masyarakat bahasa. Ia menilai masyarakat dari segi kebudayaannya. Sedangkan para ahli lain lebih menyoroti mengenai kerja sama dan organisasi. Masyarakat tutur terbagi atas makro dan mikro, landasan terbentuknya karena adanya saling pengertian, dimensi sosial psikologi yang subjektif dan sikap serta kepercayaan para pemakai bahasa terhadap bahasa yang ada dalam masyarakatnya.

Sedangkan tipe masyarakat tutur itu sendiri lambat laun mengalami pergeseran dari faktor keturunan ke faktor pendidikan. Ada 4 pengklasifisian tipe masyarakat tutur yakni; berdasarkan pada perolehan dan kepandaian berbahasa antara lain masyarakat ekabahasa (monolingual), masyarakat dwibahasa (bilingual), dan masyarakat tutur multibahasa (multilingual). Berdasarkan strata sosial, masyarakat tutur terbagi atas lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Penyebab adanya lapisan sosial ialah sesuatu yang dihargai. Berdasarkan ciri perkembangan ada empat tipe masyarakat tutur yakni masyarakat primitif, desa tradisional, kota praindustri dan modern. Sedangkan berdasar kegiatan tutur komunikasi terbagi atas situasi tutur, peristiwa tutur dan tindak tutur.

Variasi bahasa ada segi internal dan eksternal. Internal itu bila kita berlandaskan faktor-faktor internal bahasa itu sendiri. Hal ini untuk menentukan kekerabatan bahasa, pencarian bahasa purba, pengelompokkan bahasa, asal bahasa dan migrasi bahasa serta bangsa pemiliknya, dan pengaruh timbal balik bahasa sekitarnya dari keserumpunan bahasa. Sedangkan variasi eksternal disebabkan adanya perbedaan struktur dan pranata sosial dan kemajemukan masyarakat, baik horizontal maupun vertikal. Tiga variasi yang bersumber dari variasi eksternal, ketiga sumber itu ialah (1) variasi interpersonal atau disebut juga variasi bebas. Variasi ini dapat menyajikan pilihan kode yang berkorelasi dengan karakteristik individu pemakainya. (2) variasi intrapersonal, variasi ini berdasar pada aspek-aspek dinamis penggunaan bahasa yang diakibatkan oleh situasi tertentu dalam interaksi. Terakhir ialah variasi inherent asumsinya bahwa bahasa seorang anggota masyarakat tutur terdapat dalam satu sistem, sedangkan variasi yang ada itu pada hakikatnya hanyalah representasi permukaan yang berbeda-beda kemunculannya akibat pengaruh kendala linguistik dan non-linguistik.

Kriteria dan wujud variasi bahasa berdasarkan penutur variasi bahasa memiliki sifai perorangan maupun kelompok. Bagi kelompok dapat dibagi lagi meliputi dialek areal, kronolek, dan sosiolek. Berdasar pada status, golongan dan kelas sosial ini varias bahasa terbagi atas akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon dan prokem. Berdasar pemakaian bahasa terbagi antara lain bidang pemakaian bahasa dan fungsi pemakaian bahasa kebakuan dan tidak bakunya suatu bahasa. Berdasar tingkat keformalan terdiri dari baku, resmi, usaha, santai, dan variasi akrab. Berdasar pada sarana dibagi menjadi dua yaitu ragam bahasa lisan dan tulis. Kajian tipe bahasa dapat berdasar pada dua asumsi kajian bahasa, yaitu kajian linguistic dan sosiologis. Kajian kedua itu disebut tipologi fungsional yang didasri oleh atribut sehingga membentuk sebuah parameter. Bagi parameter Stewart menggunakan atribut standarisasi, pemerian kenyataan, vitalitas, historitas, dan otonomi atau kemandirian.

Kajian fungsi bahasa seperti yang telah kita pelajari di kajian aliran linguistic, setiap ahli memiliki pandangan tersendiri. Secara global disini dapat kita simpulkan bahwa Berdasar pada penutur bahasa berfungsi emotif, berdasar mitra tutur bahasa berfungsi direktif, dalam hal kontak antara penutur dengan lawan tutur bahasa bersifat fatik, pada topic ujaran bahsa menganut paham referensial, bagian kode lebih condong kearah metalingual dan metalinguistik, serta di bagian amanat bahasa lebih bersifat imajinatif. Selain fungsi intern juga terdapat fungsi ekstern antara lain fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perorangan, dan fungsi pendidikan.

Tidak ada komentar:

Searching