Jumat, 13 November 2009

Analisis Serat pamular

BAB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Manusia dan segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT. Semua ciptaan Allah SWT itu hanya manusialah yang paling sempurna karena diberi akal pikiran, naluri, dan nafsu. Sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia tersebut menyebabkan timbulnya keinginan untuk memenuhi sesuatu yang mereka butuhkan.

Semua keinginan tersebut disebut hawa nafsu. Hawa nafsu bagi manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, baik cepat maupun lambat. Hawa nafsu juga berkaitan erat dengan perasaan dan pikiran. Apabila keinginan itu tidak terpenuhi, tentunya membuat perasaan ini tidak tenang.

Berkaitan dengan uraian di atas, manusia dianjurkan bersifat sabar sehingga mereka dapat menahan diri. Dengan menahan diri itu, maka manusia bisa mengatur serta menjaga perasaan maupun pikirannya. Hal itu dimaksudkan agar manusia tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan.


    1. Rumusan Masalah

      1. Bagaimana sikap menahan diri dalam Serat Pamular?

      2. Mengapa sikap menahan diri dapat digunakan manusia untuk mengendalikan diri dari keinginan duniawi?


    1. Tujuan

      1. Untuk mengetahui sikap menahan diri dalam Serat Pamular.

      2. Untuk mengetahui bahwa sikap menhan diri dapat digunakan manusia untuk mengendalikan diri dari keinginan duniawi.






BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2. 1 Naskah

Naskah merupakan wadah dari teks yang merupakan tulisan yang disusun dalam satu buku. Naskah dapat dilihat bendanya atau bersifat konkret sedangkan teks bersifat abstrak. Naskah sebagai sasaran kerja filologi dipandang sebagai hasil budaya yang berupa cipta sastra. Naskah dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang ada dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup. Sedangkan pengertian naskah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan.

  2. Naskah adalah karangan seseorang sebagai karya asli.

  3. Naskah adalah bahan-bahan berita yang siap untuk diset.

  4. Naskah adalah rancangan.


2.2 Sikap

Pengertian sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Sikap adalah tokoh atau bentuk tubuh.

  2. Sikap adalah cara berdiri (tegak, teratur, atau dipersiapkan untuk bertindak).

  3. Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan).


2.3 Menahan Diri

Pengertian menahan diri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menjaga diri agar tidak terlibat dalam perkara orang lain dsb. Sedangkan berdasarkan referensi lain yang kami dapat yaitu menahan diri adalah sikap menyangkal diri untuk melawan berbagai keinginan dan nafsu yang selama ini membelenggu kehidupan seseorang. Kita menyadari bahwa keinginan dan nafsu dalam kehidupan manusia merupakan kenyataan batiniah yang sangat fundamental dan begitu menyatu dengan seluruh karakter kita, sehingga sering sulit kita kendalikan. Tidaklah mengherankan jikalau keinginan dan nafsu menjadi menjadi akar dari berbagai dosa umat manusia sepanjang masa.
Menyikapi berbagai godaantersebut, puasa adalah suatu bentuk latihan spiritual yang dapat mengubah kualitas kepribadian seorang manusia dari sekadar ''paham dan yakin'' (beriman) menjadi ''terkendali'' (bertakwa). Tentunya untuk menuju ke arah bertakwa tidak sekadar menahan lapar, dahaga, dan hubungan seks. Akan tetapi, harus mampu mengendalikan atau menahan diri dari godaan-godaan duniawi. Baik berupa harta, keluarga, atau jabatan yang kita miliki.


2.4 Duniawi

Pengertian duniawi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengenai dunia, bersifat dunia (tidak kekal) dsb. Sesuatu yang bersifat duniawi itu bisa berupa berupa harta, keluarga, atau jabatan yang kita miliki yang sifatnya hanya sementara. Apabila seorang manusia telah tergoda oleh sesuatu yang bersifat duniawi, maka ia akan lebih mementingkan dirinya sendiri. Kemudian jika keinginan ini bergesekan dengan keinginan yang sama dari manusia lainnya, maka timbullah dendam, kemarahan, dan kebencian antara satu dan yang lain. Sifat-sifat buruk inilah yang harus dibuang dari sifat manusia.













BAB III

METODE


3.1 Rancangan Penulisan

Dalam makalah ini digunakan rancangan deskriptif kualitatif artinya mendeskripsikan tentang sikap menahan diri yang terdapat dalam Serat Pamular. Penyuntingan naskah Serat Pamular menggunakan metode edisi tunggal, yaitu jika naskah itu merupakan satu-satunya naskah tunggal. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan aksiologi yang memandang dari segi nilai yang terkandung dalam naskah Serat Pamular, yaitu tentang arti pentingnya sikap menahan diri.




3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

penulis menggunakan dua macam data yang dapat kami klasifikasikan sebagai berikut :

3.2.1.1 Data Primer

Naskah Serat Pamular ditulis di atas kertas Eropa. Huruf yang digunakan adalah aksara Jawa bergaya Yogyakarta. Aksara Jawa gaya Yogyakarta ini seringkali disebut ngetumbar, dengan ciri huruf agak bulat tapi jejeg.

3.2.1.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa artikel-artikel yang diperoleh dari internet yang diakses pada hari Jumat, 9 Mei 2008. Selain itu juga menggunakan referensi Kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga tahun 1990, yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Semua data ini berkaitan dengan penelitian ini.




3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian naskah ini yaitu berupa data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah naskah Serat Pamular karya Boekhandel M. Tanojo. Naskah ini ditulis pada tahun 1924. Ditulis pada media kertas Eropa dengan huruf aksara Jawa gaya Yogyakarta. Naskah tersebut menggunakan kuras pada halaman pertama naskah.


3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode baca. Metode ini dilakukan dengan cara membaca teks secara berulang-ulang terhadap teks yang menjadi objek kajian. Kemudian barulah diadakan transkrip dan transliterasi terhadap teks yang dikaji. Setelah itu diadakan klasifikasi data berdasarkan keperluan pembahasan lebih lanjut.


3.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mentranskrip dan mentransliterasi naskah asli yaitu Serat Pamular, yang masih menggunakan aksara Jawa gaya Yogyakarta. Kemudian dianalisis sesuai dengan apa yang ingin dikaji, berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Agar mencapai hasil yang maksimal, sebelumnya hasil analisis tersebut perlu dikonsultasikan kepada pembimbing.


3.5 Analisis Data

Dalam menganalisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Artinya, data yang dideskripsikan atau diuraikan dengan kata-kata tanpa menggunakan angka-angka. Dalam makalah ini diuraikan tentang sikap menahan diri dalam naskah serat pamular. Setelah ditemukan data tentang sikap menahan diri dalam naskah serat pamular tersebut, maka penulis membandingkan sikap menahan diri masyarakat yang ada dalam serat pamular dengan masyarakat sekarang.



BAB IV

PEMBAHASAN


4.1 Sikap menahan diri dalam Serat Pamular

Dalam Serat Pamular, Boekhandel M. Tanojo banyak melukiskan konsep kebesaran kekuatan lahir masih kalah dengan kekuatan batin yang selama ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Salah satu di antaranya, ia menekankan perlunya sikap menahan diri dari kepuasaan duniawi yang selama ini sering membutakan mata kita. Ketika manusia mempunyai keinginan untuk berhasil ia harus berusaha. Apalagi jika ingin sukses lahir batin, seseorang harus menjauhi sikap hura-hura dan menahan diri dari segala hawa nafsu.

Dalam Serat Pamular ini penjelasan mengenai sikap menahan diri kami hubungkan dengan sikap manusia untuk mengendalikan diri dari keinginan duniawi. Konsep menahan diri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menjaga diri agar tidak terlibat dalam perkara orang lain dan sebagainya. Menahan diri juga berarti sikap menyangkal diri untuk melawan berbagai keinginan dan nafsu yang selama ini membelenggu kehidupan seseorang. Sedangkan pengertian duniawi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mengenai dunia, bersifat dunia (tidak kekal) dsb. Segala yang bersifat duniawi hanya bersifat sementara.

Menahan diri tidaklah mudah dilakukan oleh siapa saja. Jika orang yang bukan bertekad bulat, tidak akan tercapai kemauan untuk menahan diri. Bahkan para nabi dan walipun sulit untuk melakukannya, karena memang sudah menjadi sifat dasar manusia yang diciptakan oleh Allah memiliki hawa nafsu tidak terkecuali nabi dan rasul.

Keinginan dan nafsu dalam kehidupan manusia merupakan kenyataan batiniah yang sangat fundamental dan sudah begitu menyatu dalam diri kita, sehingga sering sulit kita kendalikan. Tidaklah mengherankan jikalau keinginan dan nafsu menjadi menjadi akar dari berbagai dosa umat manusia sepanjang masa.
Menyikapi berbagai godaan tersebut, manusia diharapkan bisa menahan dirinya agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan serta mampu mengendalikan atau menahan diri dari godaan-godaan duniawi. Baik berupa harta, keluarga, atau jabatan yang kita miliki.

Ketika seseorang dicengkeram oleh nafsu keinginan, dia sedang didorong oleh rasa “haus” yang sangat kuat terhadap sesuatu, sehingga dia terus berusaha untuk segera melegakan atau melepaskan rasa “haus-nya”. Kehidupan kita selaku makhluk Tuhan di dunia ini juga tidak terlepas dari rasa haus terhadap berbagai keinginan dan nafsu. Misalnya rasa haus tersebut mendorong kita untuk membelanjakan berbagai barang, sehingga melahirkan nafsu konsumtivisme. Juga rasa haus terhadap kekuasaan, sehingga mendorong diri kita menjadi pribadi yang sangat ambisius untuk menduduki suatu jabatan dengan cara yang tidak halal. Rasa haus terhadap uang dan materi, yang menyebabkan kita menjadi pribadi yang berjiwa materialistik. Rasa haus terhadap nafsu seks yang menyebabkan kita melakukan berbagai perselingkuhan. Rasa haus terhadap berbagai kenikmatan duniawi ini, sehingga kita menjadi orang-orang yang hedonistis. Selama kita masih dikuasai oleh rasa haus yang duniawi, maka kita tidak memiliki kesediaan dan kemampuan untuk bertobat. Sebab rasa haus terhadap berbagai kenikmatan duniawi dapat diumpamakan seperti saat kita sedang kehausan di tengah laut dengan meminum air asin. Akibatnya rasa haus kita tersebut justru makin bertambah kuat. Dalam kehidupan sehari-hari rasa haus terhadap suatu dosa yang ada berusaha kita hentikan, tetapi dengan cara yang ironis, yaitu kita justru melakukan suatu dosa yang lain. Jadi rasa haus yang duniawi telah mendorong kita untuk terjebak dalam dosa yang semakin dalam dan kompleks. Untuk itu kita perlu melakukan sikap menahan diri yang diharapkan timbul dari kesadaran diri kita untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan kita sebagai makhluk Tuhan.


4.2 Sikap menahan diri dapat digunakan manusia untuk mengendalikan diri dari keinginan duniawi

Jika berbicara mengenai duniawi, sesuatu yang bersifat duniawi itu bisa berupa berupa harta, keluarga, atau jabatan yang kita miliki yang sifatnya hanya sementara. Apabila seorang manusia telah tergoda oleh sesuatu yang bersifat duniawi, maka ia akan lebih mementingkan dirinya sendiri. Kemudian jika keinginan ini bergesekan dengan keinginan yang sama dari manusia lainnya, maka timbullah dendam, kemarahan, dan kebencian antara satu dan yang lain. Sifat-sifat buruk inilah yang harus dibuang dari sifat manusia.

Setiap manusia tidak luput dari godaan-godaan duniawi yang bermuara kepada dosa. Hal ini karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki dua dimensi; jasmani dan rohani. Unsur jasmani manusia berasal dari tanah, yang selalu mengajak manusia untuk memenuhi hawa nafsu. Sedangkan unsur rohaninya adalah ruh yang ditiupkan oleh Allah kepadanya. Oleh karena berasal dari Tuhan, maka ia selalu mengajak manusia untuk meredam pengaruh jasmani dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.

Akhlak yang buruk pada dasarnya timbul karena ada nafsu atau godaan keinginan duniawi yang dapat menjadikan manusia melupakan Tuhannya. Di antara keinginan duniawi tersebut adalah lawan jenis, harta, kekuasaan, dan kecintaan kepada pujian. Apabila seorang manusia telah tergoda oleh nafsunya, maka ia akan lebih mementingkan dirinya sendiri ia susah untuk mengendalikan dirinya dari keinginannya tersebut. Kemudian jika keinginan ini bergesekan dengan keinginan yang sama dari manusia lainnya, maka timbullah dendam, kemarahan, dan kebencian antara satu dan yang lain. Sifat-sifat buruk inilah yang harus dibuang dari sifat manusia.

Dalam Serat Pamular dijelaskan bahwa orang menahan diri tidak bisa berbicara bohong, apalagi yang tidak sesuai dengan kata hatinya. Mereka menganggap bahwa setiap perkataannya adalah doa. Oleh karena itu diharapkan bagi kita untuk menghindari sikap bersenang-senang yang berlebihan dan cobalah untuk menahan diri dengan mengasingkan diri ke tempat yang sunyi hanya untuk memohon pertolongan kepada Tuhan.

Kekuataan dalam menahan diri sesungguhnya ada dalam diri kita. Memang tidak mudah untuk menahan diri kita dari keinginan duniawi yang selalu meng”iming-imingi” kita, namun jika kita sudah bertekad bulat maka semuanya akan terasa lebih ringan dan berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Berikhtiar kepada Allah, menyerahkan segenap jiwa raga (pasrah) merupakan cara yang ampuh jika kita ingin meminta sesuatu kepada Allah, karena diterimanya permintaan tidak lain adalah dengan menahan diri. Menangis dalam hati memohon pertolongandan ampunan kepada Yang Maha Kuasa semoga tercapai apa yang kita inginkan.

Pesan edukatif lain yang terdapat dalm Serat Pamular yaitu hendaknya kita berhati-haati dalam pergaulan, jangan terlalu memperlihatkan kesenangan yang berlebih, berfoya-foya dan hanya memikirkan kesenangan duniawi saja. Karena kesenangan yang berlebih-lebihan itu bisa menjadi hambatan dalam hidup yang akhirnya permohonan tidak tercapai. Dalam bergaul hendaknya jangan sampai kita merusak ataau merubah peraturan-peraturan yang berlaku.kita harus mengikuti apa yang diajarkan para nabi pada zaman dahulu.

Orang menahan diri harus merubah watak untuk menjauhkan diri dari sikap iri, dengki, serakah, dan lain-lain. Menahan diri harus disertai dengan niat yang tulus dari lubuk hati agar tidak merasa kecewa apabila salah satu keinginannya tidak terwujudkan.

Kita harus yakin bahwa kita mampu mengendalikan keinginan duniawi kita dengan sikap menahan diri. Menahan diri adalah tombak bagi diri kita untuk mencapai tujuan seperti yang kita inginkan. Kita juga harus yakin bahwa dengan menahan diri kita akan merasakan apa yang kita inginkan dengan kepuasan hati tanpa adanya rasa kecewa dalam diri kita.















BAB V

PENUTUP



5.1. Simpulan

Dari penjelasan Serat Pamular di atas dapat disimpulkan bahwa sikap menahan diri merupakan hal yang sangat penting sekali dalam kehidupan kita. Dengan menhan diri kita mampu membentengi diri kitaa dari sifat-sifat yang menimbulkan kemaksiatan dalam diri kita. Menahan diri tidak hanya pada segi lahiriahnya saja akan tetapi batiniahnya juga.

Menahan diri dari keinginan duniawi merupakan hal yang sangat sulit bagi kita. Hal-hal duniawi itu seperti harta, keluarga, kekuasaan,atau jabatan yang kita miliki yang sifatnya hanya sementara dan kecintaan kepada pujian. Apabila seorang manusia telah tergoda oleh sesuatu yang bersifat duniawi, maka ia akan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Untuk itu diharapkan bagi kita agar kita bisa menahan diri dari segala keinginan duniawi yang bisa menyesatkan kita, dan hendaknya kita selalu menjaga pergaulan dan mengurangi kesenangan-kesenangan di dunia yang sifatnya hanya sementara. Kita harus selalu ingat kepada yang menciptakan kita, karena Dialah yang berkuasa di atas segala-galanya. Kita harus yakin bahwa dengan menahan diri maka apa yang kita inginkan pasti tercapai.


5.2. Saran

Demikian pengkajian ini kami lakukan, mudah-mudahan menambah wawasan bagi kita semua. Dengan adanya pengkajian ini kami mengharapkan kesadaran para pembaca betapa pentingnya kita mengkaji naskah-naskah kuno, karena banyak sekali nilai-nilai yang membangun yang terkandung di dalamnya. Seperti nilai edukatif, religius, moral, etika, dan lain-lain yangsangat menarik sekali untuk dibahas.

Diharapkan juga kepada pemerintah ataupun lembaga-lembaga yang bersangkutan hendaknya tetap memelihara peninggalan-peninggalan kuno, seperti naskah kuno tersebut agar tidak hilang kekayaan budaya yang sangat langka ini dari negeri kita. Pemerintaah bisa membangun tempat-tempat seperti museum, balai bahasa maupun perpustakaan untuk melestarikannya.































Sinopsis


Keprihatinan (Menahan Diri)


Sikap menahan diri dilakukan dengan susah payah oleh manusia. Walaupun tidak bisa mencapai tujuannya dan keinginannya tetap ada, manusia tetap berusaha untuk menahan diri. Akhirnya dapat menimbulkan perasaan putus asa.

Orang menahan diri tidak bisa berbohong, yang ia rasakan ialah berdoa. Ia menganggap bahwa suatu pembicaraan tidak boleh memiliki tujuan yang menyimpang, apalagi memanfaatkan hidup hanya untuk bersenang-senang. Baginya menahan diri adalah mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk memohon pertolongan Tuhan. Orang yang menahan diri tidak memikirkan urusan duniawi, karena iu jarang yang menjalani sikap menahan diri atu puasa batin tersebut, karena sebagian besar orang memang sangat sulit untuk menahan keinginan. Dengan sikap menahan diri kita diharapkan kita bisa pasrah dengan apa yang telah digariskan kepada kita. Dikabulkannya permohonan tidak lain karena sikap menahan diri yang ada dalam diri kita. Menahan diri memang sangat berat, jika bukan orang yang bertekad bulat tidak akan dapat menguasai sikap menahan diri.

Pada umumnya yang dapat menguasai sikap menahan diri itu hanya nabi dan para wali zaman dulu. Memperjuangkan kemauan yang tinggi dan tetap bersabar. Menangis dalam hati memohon pertolongan dan ampunan kepada yang Maha Kuasa agar tercapai apa yang kita inginkan. Dari besarnya puasa batin yang dimiliki ia berharap agar permohonannya dikabulkan oleh Sang Maha Kuasa. Orang yang berpuasa batin juga masih bergaul dengan lingkungan sekitar akan tetapi jangan sampai memperlihatkan kesenangan yang berlebihan.

Kesenangan dan mengabaikan peritah Yang Maha Kuasa menyebabkan adanya hambatan hidup dan tidak tercapainya permohonan. Semuanya terbatas dan tidak bisa seenaknya, sebagaimana wajarnya bergaul jangan sampai merubah aturan yang berlaku. Diibaratkan kita harus bertapa seperti zaman nabi dahulu. Maksudnya niat apapun sebelum dikabulkan oleh Tuhan, bisa mendapat belas kasih-Nya yang merupakan balasan atas perbuatan manusia. Kita bisa mendapat petunjuk dari Allah melalui malaikat dengan cara mendapat firasat berulang kali. Meskipun sudah mendapat firasat gaib berulang kali, akan tetapi manusia belum mengerti apa maksud firasat itu, belum tentu juga apa yang diinginkannya dapat terkabul. Jadi kemauan yang dituju harus disertai dengan niat dan petunjuk.

Kemaua dan petunjuk yang menjadi satu dengan niat menyebabkan dikabulkannya permohonan serta diampuni dosa-dosanya sedangkan wujud niat yang tumbuh dari pengetahuan orang lain misalnya orang yang punya keinginan. Orang bisa mengikuti jejaknya mendapatkan pengetahuan dari orang lain. Hal itu merupakan suatu kemauan yang kuat, jika hal itu dilakukan dan bisa tercapai, maka akan menjadi orang yang berguna. Menumbuhkan niat dan kemauan ada dua macam. Pertama, seandainya orang yang sudah mempunyai nama baik dari orang yang dinggap mempunyai kedudukan tinggi. Kedua, jika pertimbangan orang lain itu sudah tidak sesuai dengan niatnya. Seseorang yang rajin serta mempunyai niat tanpa beban akan memperoleh pengetahuan sendiri dan menjadi satu rasa dengan niat itu tadi. Misalnya, jamu yang kemanjurannya berlebihan. Masalah menahan diri dianggap merupakan anak yang sudah cukup umur atau juga para orang tua seringkali menyanggah beban berat.

Hal ini menjadi berat apabila seseorang memiliki banyak tujuan, akan tetapi belum ada satupun tujuan yang ia capai. Orang yang menahan diri, tiba-tiba merubah watak karena menghindar dari perbuatan iri, dengki, serakah, angkara murka, dan sebagainya.

Orang yang menahna diri menjadikan hal ini sebagai cara belajar mengingat Yang Kuasa, karena biasanya orang jarang ingat kepada Yang Kuasa. Orang yang hidupnya sangat gembira akan semakin lupa sama sekali kepada Yang Maha Kuasa, karena yang diingat-ingat hanya kegembiraannya itu saja. Ia tidak percaya kepada yang Maha Kuasa karena belum pernah tahu dengan mata kepala sendiri seperti apa Allah itu.

Meskipun dalam keadaan senang jangan sampai terjerumus dalam dosa. Sebab agar selamat dunia akhirat manusia harus ingat kepada Yang Kuasa. Tidak ada yang menyamai. Karena itulah Allah wajib disembah baik dunia maupun akhirat. Semoga selamat dunia maupun akhirat.

Apabila memohon kepada Yang Maha Kuasa dengan bertapa di rumah, tidak ada larangan menyendiri atau mengecilkan pergaulan.

Jangan sampai berprasangka buruk. Misalnya selama mengasingkan diri hanya melamun. Agar tidak ada prasangka buruk sebaiknya dengan cara mengheningkan cipta, sehingga hilang rasa bersalahnya. Walaupun banyak manusia yang tidak memeluk agama, banyak yang tidak menganggap adanya Yang Kuasa karena merasa belum pernah melihat dnegan mata kapala sendiri.

Orang yang punya kemauan sendiri menjadikan apa yang ada di dunia ini sebagai pengetahuan. Misalnya mengetahui kapan jatuhnya gerhana, bisa mengetahui luasnya dunia, bisa mengukur besarnya rembulan, bisa mengukur kedalaman air laut, bisa membuat lampu dan gambar hidup, dan sebagainya. Tapi kemampuan manusia yang bermacam-macam itu tidak akan sepadan jika dibandingkan dengan Yang Maha Kuasa.

Kemampuan tadi kelihatannyatidak mengherankan, karena bisa ditelaah dnegan pikiran manusia yang sudah tinggi ilmunya. Tapi kekuasaan Allah yang mengherankan tidak bisa diungkapkan dengan kelakuan. Contohnya apabila manusia tidur dalam waktu sekejap, bisa mimpi ketempat yang jauh sekali.

Perjalanan manusia beberapa tahun, mulai dari perjaka, menikah, sampai punya anak cucu. Hal itu merupakan kemampuan Allah yang sangat ajaib bagi manusia. Bila para manusia sampai mau dibandingkan dengan kuasa Allah mungkin karena belum mengerti dnegan sungguh-sungguh yang di atas. Tapi manusia diharapkan mengerti.

Tujuan manusia dibandingkan dengan kuasa Allah tidak lain hanaylah untuk mengingatkan manusia, agar jangan sampai merasa yang paling berkuasa. Agar teringat kepada Allah dan jangan sampai lupa kepada yang kuasa. Jadi hanya Allah yang wajib dimintai pertolongan dan pengampunan dari kita semua. Memohon pertolongan harus sesuai dengan perbuatannya walaupun Allah tidak membedakan pikiran yang satu dengan yang lain.

Kebiasaan manusia kepada Allah harus diterapkan dengan menahan diri. Setelah itu barulah mendapatkan petunjuk dari-Nya.

Sebenarnya perjalan itu merupakan keunggulan. Malah bisa disangka perjalanan itu snagat cepat kalau sampai orang itu menjalani perjalan yang lebih berat.

Jika dirasakan yang sesungguhnya hal itu tidak sesuai dengan pendapat manusia tentang menahan diri. Kenyataan ini melebihi sikap menahan diri yang merupakna awal perjalanan.

Demikian selesainya serat ini.


























DAFTAR RUJUKAN



M. Tanojo, Boekhandel. 1924. Serat Pamular. Solo

Sulistyorini, Dwi. 2001. Filologi. Universitas Negeri Malang : Malang

http://www.bapeda.pemda-diy.go.id/home.php?mode=content&submode=detail&id=166

http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwOA==&dokm=MDQ= &dokd=Mjg=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=VUxT&uniq=NjYy

http://www.freelists.org/archives/nasional_list/10-2005/msg00153.html


http://www.baharacorp.com/?p=126


http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.mayapada/2007-02/msg00121.html


http://www.blogger.com/feeds/7179825148280981643/posts/default/1491341985339034865


http://www.gki.or.id/content/doc.php?doctype=N&id=38&printme=1

2 komentar:

iLa mengatakan...

waaaah...

kakak tingkat nih....

Mengatakan Kata mengatakan...

Halo mas/mbak. Maaf kalau boleh tahu, ini dapatnya dari mana ya? Maksudnya yang melakukan penelitian ini siapa? Saya butuh data peneliti ini untuk penelitian yang akan saya lakukan. Tolong jawabannya, terima kasih🙏

Searching