Senin, 16 November 2009

SASTRA DAN PEMIKIRAN

    1. Hubungan

Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Jadi, sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Sampai sekarang, karya sastra masih sering dibahas sebagai karya filsafat.


    1. Konsep

Pada masa lalu banyak studi sastra yang menerapkan metode diatas secara berlebihan. Ulcirici misalnya meringkas inti drama Merchant of Venice menjadi Summum Jus Sunma Injuria. Meskipun sekarang ilmuwan telah jenuh mengorek hal-hal ilmiah dari karya sastra. walaupun demikian hal di atas membuat pemahaman kita terhadap keunikan karya sastra akan kacau kalu kita meringkas karya sastra menjadi pernyataan-perntaan doktrin.

Karya sastra memang bisa dianggap sebagai dokumen sejarah pemikiran dan filsafat, karena sejarah sastra sejajar dan mencerminkan sejarah pemikiran. Secara langsung atau melalui alusi-alusi dalam karyanya. Terkadang pengarang menyatakan bahwa ia menganut aliran filsafat tertentu, mempunyai hubungan dengan paham-paham yang dominan pada zamannya, atau setidaknya mengetahui garis besar ajaran paham-paham tersebut. Pada hakekatnya, sastra sendiri mempunyai aliran-aliran yang dibangun dari pemikiran-pemikiran tertentu. Maka dari itu, sastra dan pemikiran membangun suatu keterkaitan.

Beberapa puluh tahun yang lalu para filsafat seperti Lovejoy membuat teori tentang sejarah pemikiran, teori yang kemungkinan terdapat perbedaan unsur filsafat dengan karya sastra. Kemudian Dilthey melihat adanya tiga tipe dalam sejarah pemikiran pertama, positivisme yang berasal dari pemikiran Democritus. Kedua, idealisme objektif dan yang ketiga adalah idealisme dualistik. Dengan adanya teori tentang sejarah pemikiran tersebut secara tidak langsung dapat membantu pemahaman sastra.



    1. Ciri-Ciri

      1. Dibuktikan atas dasar penelitian tentang ideolodi sastra.

      2. Sastrawan seringkali mempunyai afiliasi sosial dan latar sosial yang berbeda dengan filsuf.

      3. Seringkali dianut oleh kelas tertentu yang merupakan kelas sastrawan.

      4. Hubungan yang padu diperkuat dengan penciptaan karya sastra yang sebenarnya.

      5. Sastra bukan dinilai sebagai pengganti filsafat.


    1. Manfaat

  1. Sejarah pemikiran secara tidak langsung dapat membantu memperdalam pemahaman karya sastra.

  2. Memperluas khasanah filosofis dalam kaitannya dengan suatu karya sastra.

  3. Dalam konteks tertentu dapat menambah nilai artistik karya sastra karena mendukung beberapa nilai artistik penting.


    1. Tokoh

  1. Dilthey

Membedakan pemikiran-pemikiran dan pengalaman dalam menyusun sejarah sastra.

  1. Lovejoy

Mengungkapkan perbedaan metodenya dengan sejarah filsafat.

  1. Rudolf Unger

Yang menyatakan bahwa sastra bukanlah filsafat yang diterjemahkan, tapi ekspresi suatu bentuk sikap.

  1. Leo Spitzer

Menolak berbagai aspek teori Lovejoy.






    1. Contoh

Gabungan puisi dan fisafat terlihat pada karya penyair-penyair pemikir seperti Empocles di Yunani pada masa sebelum Socrates, dan pada zaman Renaisans ketika Ficiano atau Giardano Bruno menulis puisi dan filsafat. Filsafat yang puitik atau puisi filosofis. Atau puisi romantik Inggris yang berkembang pada saat filsafat Inggris dan Skotlandia didominasi oleh filsafat.

Tidak ada komentar:

Searching