Setiap teori tentu memiliki sebuah landasan agar teori itu dapat dipercaya oleh orang yang hendak menganutnya, demikian juga dengan kajian sosiolinguistik. Dalam teori ini menurut para ahli sosiolinguistik memandang bahwa hakikat bahasa sebagai kajian objek mereka. Hakikat bahasa disini dapat dibagi menjadi dua yaitu interdisipliner dan disipliner. Interdisipliner memiliki sifat yakni makrolinguistik, kajian ini berorientasi pada factor eksternal bahasa. Setelah berkembang kajian interdisipliner lebih mengarah ke sifat dinamika. Sedangkan disipliner memiliki sifat mikrolingustik dan condong kearah sistem internal bahasa. Kajian bahasa memiliki sebuah perangkat yang terbagi atas langue dan parole dimana telah kita ketahui bahwa langue memiliki sifat abstrak dan parole bersifat kongkret. Keduanya akan membentuk dua asumsi dasar kajian bahasa yakni pertama, bahasa dipandang sebagai sistem tanda yang dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dapat membentuk tata bahasa dan kedua, bahasa dipandang sebagai perangkat tingkah laku yang telah ditransmisikan secara cultural atau dipakai oleh sekelompok individu. Sistem tanda yang mengacu kepada kode ini memiliki dalil yaitu bahasa sebagai sistem komunikasi, bersifat sistematis maupun sistemis, bahasa anak terhadap bahasa pertamanya cukup lengkap. Sedangkan asumsi yang kedua mengarah ke kesejajaran dan korelasi ini juga memiliki suatu paham bahwa bahasa sebagai tingkah laku budaya manusia, didalam masyarakat tutur diperlukan adanya pembaruan, masyarakat tutur selalu ada reaksi subjektif terhadap variasi bahasa, di dalam masyarakat tutur dan masyarakat bahasa terdapat varian bahasa. Selain landasan dan perangkat asumsi kajian bahasa juga memiliki 4 tipe pemerian ilmiah yakni deduktif, probabilistic, fungsional dan genetic.
Perbedaan antara sosiolinguistik dengan linguistic ialah jika berdasarkan orientasi filosofis, sosiolinguistik menganut pahan nominalisme sedangkan linguistik lebih kearah realisme. Dari sistem bahasa sosiolinguistik bersifat terbuka, linguistic bersifat tertutup. Pada sifat bahasa sosiolinguistik bersistem yang heterogen sedangkan linguistic hanya homogen. Jika dilihat dari focus deskripsi, sosiolinguistik lebih memperhatikan fungsi bahasa dalam masyarakat sedangkan linguistic lebih mementingkan struktur. Dilihat dari data sosiolinguistik bisa berupa verbal dan non verbal sedangkan linguistic hanya verbal saja. Pada unit data sosiolinguistik berupa wacana sedangkan linguistic berupa kalimat. Berdasarkan pendekatan sosiolinguistik cenderung multidisipliner sedangkan linguistic kearah unidisipliner. Kesimpulan diatas pada kajian ini cenderung mengindahkan fungsi bahasa tersebut dalam peristiwa ataukegiatan social yang terjadi dalam masyarakat secara terpadu misalnya sistem social, stratifikasi social, diferensiasi social, mobilitas social dan pranata social.
Dimensi-dimensi yang terdapat dalam sosiolinguistik antara lain identitas social penutur dan mitra tutur entah dalam hal ini si mitra tutur mau penutur kebaradaannya segabai bawaan, usaha maupun pemberian. Tempat dan waktu terjadinya komunikasi (tempat dan waktu pembicaraan sangatlah berpengaruh terhadap pemilihan kode dan gaya bertutur seseorang), analisis sinkronik dan diakronik (diwujudkan dalam deskripsi pola-pola dialek social baik berdasar pada asal daerah, kelompok social, tingkat formalitas maupun berdasar pada perkembangan waktu), penilaian social terhadap bahasa (dimensi tersebut berhubungan dengan sikap bahasa yang terdiri atas kognitif, afektif dan kognititif), tingkat dan luasnya variasi bahasa (dari hal ini akan terlihat jelas bahwa keheteroginan bahasa sangatlah bisa terwujud, keheteroginan bahasa menyebabkan hadirnya variasi bahasa, ciri ini dibedakan menjadi multidialektal, multilingual, dan multisosietal), dan penerapan praktis yang merupakan bentuk kongkrit kontribusi dari hasil kerja sosiolinguistik.
Perbedaan antara sosiolinguistik dengan linguistic ialah jika berdasarkan orientasi filosofis, sosiolinguistik menganut pahan nominalisme sedangkan linguistik lebih kearah realisme. Dari sistem bahasa sosiolinguistik bersifat terbuka, linguistic bersifat tertutup. Pada sifat bahasa sosiolinguistik bersistem yang heterogen sedangkan linguistic hanya homogen. Jika dilihat dari focus deskripsi, sosiolinguistik lebih memperhatikan fungsi bahasa dalam masyarakat sedangkan linguistic lebih mementingkan struktur. Dilihat dari data sosiolinguistik bisa berupa verbal dan non verbal sedangkan linguistic hanya verbal saja. Pada unit data sosiolinguistik berupa wacana sedangkan linguistic berupa kalimat. Berdasarkan pendekatan sosiolinguistik cenderung multidisipliner sedangkan linguistic kearah unidisipliner. Kesimpulan diatas pada kajian ini cenderung mengindahkan fungsi bahasa tersebut dalam peristiwa ataukegiatan social yang terjadi dalam masyarakat secara terpadu misalnya sistem social, stratifikasi social, diferensiasi social, mobilitas social dan pranata social.
Dimensi-dimensi yang terdapat dalam sosiolinguistik antara lain identitas social penutur dan mitra tutur entah dalam hal ini si mitra tutur mau penutur kebaradaannya segabai bawaan, usaha maupun pemberian. Tempat dan waktu terjadinya komunikasi (tempat dan waktu pembicaraan sangatlah berpengaruh terhadap pemilihan kode dan gaya bertutur seseorang), analisis sinkronik dan diakronik (diwujudkan dalam deskripsi pola-pola dialek social baik berdasar pada asal daerah, kelompok social, tingkat formalitas maupun berdasar pada perkembangan waktu), penilaian social terhadap bahasa (dimensi tersebut berhubungan dengan sikap bahasa yang terdiri atas kognitif, afektif dan kognititif), tingkat dan luasnya variasi bahasa (dari hal ini akan terlihat jelas bahwa keheteroginan bahasa sangatlah bisa terwujud, keheteroginan bahasa menyebabkan hadirnya variasi bahasa, ciri ini dibedakan menjadi multidialektal, multilingual, dan multisosietal), dan penerapan praktis yang merupakan bentuk kongkrit kontribusi dari hasil kerja sosiolinguistik.
1 komentar:
lumayan
Posting Komentar