Selasa, 23 Desember 2008

LEGENDA PESUT MAHAKAM

       Mahakam merupakan suatu sungai di Samarinda yang sangat terkenal. Sungai ini masuk dalam beberapa sungai terlebar di Indonesia. Masyarakat Samarinda sendiri bersyukur atas adanya anugerah dari sang pencipta ini, dapat membuat aset yang berharga di mata mereka. Beberapa hasil dari populasi alam ini dapat mereka ambil dan menjadi ciri khas kota tersebut.

       Seperti pada legenda-legenda yang lain, legenda pesut mahakam ini dikemas dalam cerita yang sederhana, mudah dipahami oleh masyarakat dan disertai grafik dinamika yang teratur serta alur yang searah. Tetapi yang unik dari legenda ini adalah terletak pada penokohannya, misalnya sifat dari tokoh utama dan tokoh ibu tiri yang menggantikan ibu kedua anak yang meninggal. Sang anak lelaki memiliki sifat yang dinamis, suka tantangan dan selalu bekerja keras, ini dapat kita lihat sewaktu ibu tiri menyuruh mencari kayu si anak cowok tetap mengerjakannya walaupun perasaan lapar sudah membunuh perutnya. Kelemahan tokoh anak lelaki ini ialah keegoisannya yang besar ketika melihat bubur yang banyak setelah mereka berpuasa selama 2 hari.

       Tak luput dari penelitian kita bahwa anak perempuan keluarga ini memiliki semangat yan tinggi meskipun pekerjaan yang akan dilakukannya itu mukrimnya bagi cowok, cewek ini tetap tidak mau tinggal diam. Ia mempunyai sikap sayang terhadap kakaknya, sehingga ia tetap menemani kakaknya untuk mencari kayu yang telah dipesan ibu tirinya. Melihat cewek ini kita jadi teringat perjuangan ibu Kartini dalam memperjuangkan hak wanita. Beliau semangat dalam menaikkan derajat wanita hingga berkedudukan sama seperti pria.

        Tokoh ayah disini digambarkan diawal dengan sifat orang gila yang pribadinya sudah hancur. Sepeninggal istri tercintanya keluarga si ayah ini menjadi tak terurus. Seperti yang kita tahu ayah merupakan kepala keluarga yang berkewajiban untuk mengurus keluarganya, tapi yang dilakukan ayah ini hanya terdiam, meratapi nasib yang menimpa dia. Perhatian yang lebih kepada anak-anak tidak diberikan, pantaskah seorang bapak menelantarkan anaknya? Tentu sebuah kondisi yang tragis. Setelah menemukan pendamping hidup lagi, sifatnya tetap tidak berubah. Semakin kasar papi ini menelantarkan anak-anaknya karena hasrat papi yang paling utama sudah terobati dengan munculnya ibu baru bagi anak-anak. Cinta dan kasih sayang si kepala rumah tangga hanya fokus terhadap kecantikan sang istri baru.

         Kemunculan pengobat hati sang bapak inilah yang sangat bagus untuk dianalisis. Dibumbui dengan pesona yang begitu luar biasa hingga membuat hati sang ayah gelisah. Para pembaca pasti akan beranggapan bahwa kehadiran sosok baru dalam cerita ini merupakan jawaban dari situasi dan kondisi sebelumnya yang sempat caruk-marut. Pemakaian diksi yang hiperbol itu tampak jelas setelah sang dewi ini merubah 180 derajat sifat dia. Membuat para pembaca menjadi gregetan melihat tingkahnya yang kejam, boleh dikata ini bukan manusia karena telah menyiksa di kedua anak tersebut.

         Rasa penasaran pembaca itu ditambah dengan kebingungan siapa tokoh ini sebenarnya karena pada akhir-akhir cerita penulis menggambarkan seperti dewi. Mana ada dewi yang jahat? Ternyata penulis meluapkan ekspresinya pada peran ini. Kegeramanan melihat situasi sebelumnya menjadi sebuah keheranan memandang kepergian ibu tiri ini secara sekejap. Ternyata puncak dari cerita ini berada saat kepergiannya dibarengi dengan kemistikannya anak-anak menjadi ikan pesut.

         Sekarang yang menjadi pertanyaan kita mengapa ibu itu hadir dan bagaimana anak-anak menjadi ikan, apakah mereka berdosa atau mempunyai kesalahan? Hal tersebut yang akan menjadi pikiran kita hari-hari ini. Penulis dengan pintar menjadikan cerita ini berkesan dengan hal yang seperti itu. Hanya beliau yang tahu sebenarnya sedangkan kita cuma mendapatkan keragaman versi dari mereka-mereka yang terwarisi legenda pesut Mahakam ini.

Tidak ada komentar:

Searching