Minggu, 28 Juni 2009

ALIRAN LONDON

Di Eropa ada dua tokoh yang menggagas aliran bahasa London. Kedua tokoh tersebut ialah Malinowski dan J.R. Firth. Malinowski karena memiliki latar belakang di bidang antropologi sehingga setiap dia melakukan terjemahan tentu tak lepas dari faktor kebudayaan yang menjadi nilai estetik yang lebih dalam analisisnya. Menurut dia bahasa merupakan pragmatik dan perangkat lambang benda. Dari terjemahan tersebut juga merumuskan mengenai teori makna dan kata. Teori tersebut mempunyai dasar yaitu konteks situasi dimana arti konteks situasi itu sendiri ialah makna tuturan. Ada beberapa konsepsi dari Malinowski yang sangat penting bagi kemajuan aliran London yaitu pertama, pembagian tugas kalimat dan kata. Kalimat merupakan data bahasa yang dasar sedangkan kata ialah abstraksi sekunder bahasa. Kedua, bahasa sebagai piranti kegiatan sosial dan piranti kerja sama hal tersebut merujuk pada label pamakaian bahasa yang nonreferensial dimana lebih mengarah ke makna yang sebanding dengan pemakaian tetapi berlawanan dengan referensial. Dan konsepsinya yang terakhir mengenai komuni fatik yang menurut beliau keinginan penutur, maksudnya, pengetahuannya menyumbang konteks situasi dan bahasa pustaka tidak sama dengan bahasa sehari-hari.

Tokoh yang kedua ialah J.R. Firth yang lebih condong mengarah pada kajian sintagmatik dan paradigmatik yaitu yang memerikan makna. Dalam kajian fonemik Firth lebih mengarah ke system tulisan suatu bahasa daripada mengenai struktur fonologis bahasa. Konsepsinya berupa pertanyaan tentang realitas melumpuhkan penyelidikan, obyek berupa pemakaian bahasa secara actual, struktur dan semua derivikasinya mengarah ke sintagmatik sedangakan sistem dan semua derivikasinya mengarah ke paradigmatic. Serta tentang konteks situasi yang menurut beliau ialah konstruk sistematik yang diterapkan khususnya untuk peristiwa social yang berulang yang terdiri atas berbagai tataran analisis (fonetik, fonologi, tata bahasa, kosa kata dan situasi). Firth memiliki dua analisis yang pertama analisis kontekstual disini ia membagi hubungan dalam teks itu sendiri menjadi sintagmatik dan paradigmatic sedangakan hubungan dalam konteks situasi yaitu teks yang mempunyai arti unsur nonverbal hasil keseluruhan yang sangkil, mangkus dan kreatif serta serpihan teks dan unsur khusus dalam situasi. Dari sini akan terbentuk fungsi fonetik (mayor) dan fungsi leksikal (minor). Selain hal tersebut Firth juga mengupas lebih dalam lagi mengenai konsepsinya diantaranya bunyi mempunyai fungsi jika dilihat dati segi tempat terjadinya dan kontras, leksikal merupakan makna kata dalam lingkup kolokasi, tata bahasa terbagi atas morfologis dan sintaksis yang mengarah ke kologasi, serta situasi yang terbagi atas participant, obyek yang gayut serta efek tindak verbal dimana makna sama dengan pemakaian juga uji kebenaran serpihan bahasa. Analisis satunya yaitu analisis prosodik yang menyamakan tataran fonetik dengan makna serta mendiskripsikan bahwa cirri bunyi lebih dari satu fonematik tunggal atau segmen. Dimana satuan fonematik ialah abstraksi segmental yang mempunyai eksponen dalam substansi bunyi. Sedangkan analisis monosistemik dengan polisistemik mengarah pada fonemik didasarkan pada sistem tunggal bahasa. Dari sini kita temukan bahwa analisis wacana berbeda prosedur fonemik. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan struktural dan sistemik dari satuan bahasa. Serta pendapat dia mengenai kemubasiran bahwa perbedaan bunyi seperti variasi merupakan mubasir.

Tidak ada komentar:

Searching