Pada tahun 1872 Schmidt meragukan teori-teori yang telah ada, yaitu teori tentang komparatif. Lalu abad ke-20 melalui catatan kuliah sewaktu mengajar di universitas Swiss menegaskan kekeliruan studi bahasa dalam abad XIX. Ini menyimpulkan gagasannya menjadi strukturalisme. Dalam bukunya yang berjudul Cours de Lingustique Generale ia mencoba membatasi studi bahasa pada penyelidikan aspek kesejarahannya, dia menyatakan tiga gagasan umum yaitu : (1) Bahwa studi bahasa yang ilmiah bersifat sinkronik, (2) Bahwa fakta-fakta bahasa itu ada, (3) Bahwa ia ingin menentukan metode-metode untuk mengidentifikasikan dan membicarakan fakta bahasa itu.
Sinkronik merupakan studi yang dilakukan pada suatu waktu tertentu tanpa menghubungkan dengan sejarah. Hal tersebut dapat dikatakan studi sinkronik karena (1) bahasa merupakan kenyataan social, (2) bahasa merupakan system tanda, (3) dapat diperiksa bentuk maknanya pada satu waktu. Prinsip-prinsip yang diperlukan untuk mendekati masalah-masalah yang lebih khusus tentang linguistic statu atau menjelaskan statu bahasa yakni : disangsikan sekali diakronik dapat dipelajari tannpa didahului oleh studi sinkronik, (2) suatu sistem dapat berubah secara tersendiri karna itu timbulnya sistem baru, (3) jika linguistik struktural diakronik diterima, studi sinkronik sendiri tampak dalam dimensi yang berbeda, (4) bahasa terus berubah, walaupun si pemakai mungkin tidak menyadari perubahan seperti yang dialaminya sebagai pemilihan
Langue ialah bagian sosial bahasa, di luar pemakai perseorangan, yang tidak dapat menciptakan atau mengubahnya. Langue itu sendiri bersifat abstrak. Berdasarkan De Saussure langue merupakan objek yang bersifat kongkrit, tanda-tanda yang sebagai sistem membentuk langue bukanlah abstraksi melainkan barang nyata yang bersemayam di dalam otak dan dapat diwakili secara tuntas. Sedangkan parole Ialah aspek perseorangan bahasa, sebagaimana dimanifestasikan dalam kenyataan psiko-fisiologi dan sosial dari tindak-tandak bahasa secara khusus, parole bersifat konkrit. Menurut G. Tarde dan E. Durkheim langue dipadankan dengan Fait Social (kenyataan sosial) Durkheim (sebagai fenomena psiko-social yang terdapat pada kesadaran kolektif kelompok social, di luar individu yang dibebani kendala, sedang parole Berpadanan dengan unsur perseorangan.
Sistem tanda memiliki dua sifat pokok tanda itu arbiter dan signifiant-nya bersifat linier. Dua hal yang tersangkut dalam kelinieran adalah (1) hubungan unsur-unsur kalimat, urutan-uratannya dalam untaian. (2) untaian atau unsure-unsurnya harus berdimensi satu atau apakah dapat dianalisis sebagai komponen yang simultan. Mengenai hal yang kedua Roman Jacobson berpendapat tidak menampung konsepsi fonem sebagai terdiri atas ciri-ciri pembeda yang terdapat secara simultan. Prinsip sistem tanda harus konkrit, harus dibatasi, mempunyai nilai yang relative dan tidak dapat dipisahkan dari system yang merangkumnya. System tanda tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu signifiant (bentuk) dan signifie (isi=arti).
Asal mulanya teori sintagmatik dan paradigmatik didahului dengan 2 konsep yang muncul, yakni in praesentia (Hubungan sintagmatik dengan mendahului dan mengikuti sebuah kalimat) dan in absentia Hubungan asosiasi dengan unsur yang lain. Semula De Saussure mendiskripsikan sintagmatik & asosiatif, tetapi teori ini berkembang dan konsep diatas berubah menjadi sintagmatik (amanat) & paradigmatik (kode).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar